RSS

CONTOH PROGRAM JAGA MUTU

SAKIT GIGI
CIRI-CIRI
Pasien mengeluh demam, pusing, sakit di sekitar gigi, bengkak pada gusi dan pipi

1.      Prospektif
a.       Promotif
-          Penyuluhan dan seminar tentang kesehatan gigi
-          Membuat media promosi tentang perawatan gigi seperti leaflet, poster, pamflet
-          Melakukan demonstrasi cara menggosok gigi yang baik dan benar
b.      Preventif
-          Menggosok gigi minimal 2x sehari pagi dan malam
-          Memeriksakan kesehatan gigi ke dokter setiap 6 bulan sekali
-          Mengurangi makanan yang terlalu manis, terlalu dingin, terlalu panas, dan terlalu keras
-          Melakukan kumur-kumur dengan air rebusan daun sirih atau air putih
2.      Konkuren
a.       Kuratif
-          Melakukan anamnesa (pasien mengeluh demam, pusing, sakit di sekitar gigi, bengkak pada gusi dan pipi)
-          Melakukan pemeriksaan TTV (jika TD dalam keadaan tinggi, tidak bisa dilakukan pencabutan gigi)
-          Tindakan medis
·         Melakukan pembersihan dan perawatan gigi
·         Pemberian obat penghilang rasa sakit (analgetik)
·         Melakukan penambalan pada gigi yang berlubang
·         Melakukan pencabutan pada gigi yang berlubang
3.      Retropektif
a.       Evaluasi
-          Melakukan kontrol ulang
-          Melakukan pengecekan gigi yang dicabut/ ditambal
-          Melihat keadaan pasien (gusi tidak bengkak dan gigi tidak sakit)
-          Mengingatkan untuk rutin gosok gigi 2x sehari dan kontrol ke dokter gigi



NAMA KELOMPOK



1.      Amelia Fitri Febriani
2.      Ayu Dinda Hadriyani Purwaningsih
3.      Destyana Dzafina Azzahra
4.      Erlita Puspitasari
5.      Fitrah Indriyani
6.      Hanyva Thoibah




Teman jangan lupa yaa check my instagram @shoppeshop30
Banyak kuota XL dan outfit terbaru yang mumer looh :)
Jangan lupa yaa follow, like, and share. Gomawo :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PRE EKLAMSI BERAT

Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibatnya terjadinya vasopasme pembuluh darah dan aktivasi endotel1. Preeklampsia ditandai dengan hipertensi dan proteinuria pada kehamilan > 20 minggu.18
Preeklampsia terbagi atas dua yaitu Preeklampsia Ringan dan Preeklampsia Berat berdasarkan Klasifikasi menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, yaitu:
1.      Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
ü  Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
ü  Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstream.
2.      Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
ü  Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
ü  Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
ü  Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5 cc/kgBB/jam.
ü  Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
ü  Terdapat edema paru dan sianosis
ü  Hemolisis mikroangiopatik
ü  Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)
ü  Gangguan fungsi hati.
ü  Pertumbuhan janin terhambat.
ü  Sindrom HELLP.
Ø  Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tersebut menunjukkan gejala preeklampsia (kejang timbul bukan akibat kelainan neurologis)[18].
Ø  Sindroma HELLP ialah preeclampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.1
Ø  Hipertensi gestasional adalah kondisi dimana terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kalinya pada kehamilan >20 minggu tanpa adanya proteinuria dan kembali normal dalam 12 minggu postpartum.2
Ø  Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya kehamilan atau didapatkan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg pada umur kehamilan <20 minggu.1 dan tidak menghilang > 12 minggu postpartum.18
Ø  Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah timbulnya proteinuria setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita penderita hipertensi kronik.18
Ø  Perkembangan janin terhambat ialah keadaan janin dengan berat dan besar kurang dari 2 simpang baku menurut usia gestasi.18

Insiden dan faktor resiko

Wanita yang muda dan nullipara lebih rentan mengalami preeklampsia. Faktor lainnya ialah faktor lingkungan, sosioekonomik dan pengaruh musim. Obesitas, gestasi multifetal dan sindroma metabolik. Wanita dengan BMI > 35 kg/m2 memiliki resiko 13.3 persen dibanding BMI <20 kg/m2 yang hanya 4.3 persen. Sementara dua janin memiliki resiko 13 persen dibanding hanya satu janin yang memiliki resiko 5 persen. Sementara wanita yang sebelumnya pernah mengalami preeklampsi pada kehamilan yang pertama, memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami preklampsia pada kehamilan yang kedua.2

Etiologi

Hipertensi gestasional lebih mungkin terjadi pada wanita yang terekspos terhadap villi korionik untuk pertama kalinya atau dalam jumlah banyak. Memiliki kondisi predisposisi aktifasi endotel atau inflamasi (Diabetes) dan genetik.2
Terdapat 4 teori mekanisme yang dianggap paling penting yaitu:
1.      Implantasi plasenta dengan kegagalan invasi pembuluh darah
2.      Immunologi (maladaptasi toleransi)
3.      Maladaptasi terhadap perubahan fisiologis dalam kehamilan
4.      Genetik

Invasi trofoblast abnormal

Pada implantasi normal terdapat remodelling dari arteriole spiral dalam desidua basalis dimana trofoblast endovascular menggantikan endotel vascular dan otot polos untuk merubah diameter pembuluh darah. Pada preeklampsi terjadi invasi trofoblastik inkomplit, dimana hanya terjadi perubahan pada pembuluh darah desidua saja (pembuluh pada miometrium tidak berubah) sehingga diameter pembuluh miometrium hanya setengah dari plasenta yang normal. Terdapat kerusakan endotel, insudasi dari isi plasma kedalam dinding pembuluh, proliferasi sel miointimal dan nekrosis medial. Lemak terakumulasi di sel miointimal kemudian makrofag dan menyebabkan atherosis.2
Dikutip dari Williams Obstetric edisi 24
Hal tersebut menyebabkan gangguan aliran darah plasenta, menyebabkan hipoksia jaringan karena kurangnya perfusi sehingga menyebabkan terlepasnya debris plasenta atau mikropartikel yang menyebabkan respon inflamasi sistemik.
Faktor immunologi
Pada keadaan  normal, terbentuk toleransi imun maternal terhadap plasenta dan fetal antigen dari paternal. Pada preklampsia terdapat maladaptasi dari sistem imun sehingga menyebabkan pelepasan sitokin inflamatori.2
Aktifasi Sel Endotel
Perubahan inflamatori oleh karena penyebab yang telah diuraikan diatas. Faktor antiangiogenic dan metabolik dan mediator inflamasi lainnya dapat mencetuskan kerusakan endotel. Mediator inflamasi seperti TNF-a dan interleukin (IL) berkontribusi terhadap stress oksidatif pada preeklampsi, terdapat ROS (reactive oxygen species) dan radical bebas yang menyababkan terhadap pembentukan self propagating lipid peroxide sehingga menyebabkan cedera endotel yang berat, yang menyebabkan turunnya produksi nitric oxide dan menggangu keseimbangan prostaglandin. Stress oksidatif juga menyebabkan atherosis yng dapat menyebabkan aktifasi dari microvascular coagulation yang ditandai oleh trombositopenia dan peningkatan permeabilitas kapiler yang ditandai oleh edema dan proteinuria.2
Faktor nutrisi
Diet yang mengandung buah dan sayur dengan aktifitas antioksidan dihubungkan dengan penurunan tekanan darah. Insiden preeklampsia pada wanita yang intake dari ascorbic acid lebih rendah dari 85 mg dua kali lipat dibanding dengan yang intake diatas 85 mg per hari. Suplementasi kalsium pada populasi dengan intake kalsium yang rendah menunjukan sedikit perbaikan dalam hal mortalitas perinatal.2
Genetik
Penyebab preeklampsi multifaktorial. Pada penelitian oleh Ward dan Taylor (2014) disimpulkan resiko terjadinya preeklampsi pada anak dari wanita dengan preeklampsia adalah 20  sampai 40 persen.2

Pathogenesis

Ø  Vasopasme
Aktivasi endotel menyebabkan konstriksi vaskular dengan peningkatan resistensi dan menyebabkan hipertensi. Pada saat yang sama kerusakan endotel menyebabkan kebocoran interstitial melalui konstituen darah (termasuk platelet dan fibrinogen) yang terdeposit pada subendotel yang menyebabkan disrupsi dari protein endothelial junction.2
Ø  Cedera sel endotel
Faktor protein dari plasenta yang disekresi ke dalam sirkulasi maternal mencetuskan aktivasi dan disfungsi dari endotel pembuluh darah. Terdapat peningkatan dari Circulating Endothelial Cell (CEC) dan Circulating Endothelial Microparticles (EMP) pada wanita preeklamptik. Endotel yang intak memiliki sifat antikoagulan dan menumpulkan respon otot polos pembuluh darah terhadap agonis melalui pelepasan Nitric Oxide. Pada endotel yang cedera produksi nitric oxide menurun dan terjadi sekresi zat prokoagulan dan meningkatkan sensitivitas terhadap vasopressin. Produksi prostasiklin endotel (PGI2) menurun dan terjadi peningkatan pelepasan thromboxane A2 sehingga perbandingan prostasiklin:thromboxane A2 menurun.2

Patofisiologi

Disfungsi endotel, vasospasme dan iskemi berdampak pada banyak organ dan dapat menyebabkan keadaan yang mengancam jiwa pada ibu maupun janin2
Sistem Kardiovaskular
Terdapat peningkatan afterload jantung karena hipertensi, turunnya cardiac preload karena hilangnya hipervolemia fisiologis pada kehamilan dan aktifasi endotel dengan ekstravasasi cairan intravaskular  ke rongga ekstravaskular. Dapat terjadi edema paru meskipun pada fungsi ventrikel jantung yang normal oleh karena kebocoran endotel-epitel alveolar dan menurunnya konsetnrasi albumin dalam serum. Peningkatan curah jantung dan fungsi ventrikel yang hiperdinamik oleh karena rendahnya wedge pressure. Pada kehamilan normal terjadi hipervolemia fisiologis, pada wanita dengan preeklampsia kelebihan volume (sekitar 1500ml) dapat hilang sebagian atau seluruhnya, hal ini karena vasokonstriksi secara umum dan kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas.2
Perubahan Hematologi
Dapat terjadi trombositopenia yang pada umumnya dapat memburuk setelah partus, namun membaik menjadi normal dalam 3 sampai 5 hari. Pada sindroma HELLP jumlah platelet tetap menurun meskipun setelah partus. Hemolisis dapat dimanifestasikan melalui peningkatan serum lactate dehydrogenase (LDH) dan penurunan kadar haptoglobin serta schizocytosis, spherocytosis dan retikulositosis. Dapat terjadi hemolisis mikroangiopati akibat perlekatan platelet dan deposisi fibrin. Terjadi peningkatan fibrinopeptides A dan B dan dimers serta penurunan antithrombin III, protein C dan S. Perubahan fungsi koagulasi biasanya dalam jumlah yang sedikit dan jarang bermakna secara klinis.2
Ginjal dan keseimbangan cairan dan elektrolit
Mekanisme terjadinya retensi cairan disebabkan dipercayai oleh karena kerusakan endotel.Pada ginjal terjadi peningkatan resistensi dari arteriole afferen serta endotheliosis kapiler glomerular yang menyebabkan tertutupnya barrier filtrasi (dan tertutupnya lumen pembuluh darah) serta terdapat penurunan tekanan onkotik yang menyebabkan ketidakseimbangan filtrasi, hal ini menyebabkan peningkatan serum creatinine. Peningkatan asam urat plasma karena turunnya GFR dan peningkatan reabsorpsi tubular. Terjadi peningkatan Atrial Natriuretic Peptide pada wanita dengan preeklampsia. Setelah kejang eklamptik terjadi penurunan pH dan bikarbonat oleh karena asidosis laktat. Terjadi proteinuria oleh karena peningkatan permeabilitas, jumlah albumin yang terfiltrasi lebih banyak daripada globulin yang ukuran molekulnya lebih besar. Terjadi kerusakan pada podosit sehingga terjadi peningkatan ekskresi podosit dalam urin. Acute Kidney Injury (AKI) oleh karena Acute Tubular Necrosis (ATN) jarang terjadi kecuali pada keadaan yang disertai dengan hipovolemia dan hipotensi yang biasanya disebabkan oleh perdarahan yang berat.2
Hepar
Biasanya ditandai dengan adanya nyeri perut kanan atas atau midepigastrik yang sedang atau berat serta perubahan integritas hepar yang ditandai oleh peningkatan AST atau ALT. Infark hemorragik dapat berkembang menjadi hematoma hepar yang dapat membentuk hematoma subkapsular yang dapat ruptur.2
Otak
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan cerebrovascular yakni teori pertama hipertensi akut dan berat menyebabkan overregulasi dan menyebabkan vasospasme, penurunan aliran darah serebral menyebabkan iskemi, edema sitotoksik dan infark jaringan. Kemudian teori kedua ialah kenaikan tekanan darah yang mendadak melebihi kapasitas autoregulasi serebrovaskular yang normal, terbentuk zona vasodilasi dan vasokonstriksi, pada tingkat kapiler, gangguan dari end-capillary pressure menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, hiperperfusi dan ekstravasasi dari plasma dan sel darah merah melalui tigh-junction pada endotel dan menyebabkan edema vasogenik.
Terdapat beberapa gejala neurologis pada sindrom preeklampsia. Yang pertama ialah nyeri kepala dan scotomata yang disebabkan oleh hiperperfusi dengan predileksi pada lobus occipitalis, nyeri biasanya tidak reda dengan analgesia pada umumnya namun membaik ketida diberikan magnesium sulfate. Kejang pada preeklampsi adalah tanda diagnostik dari eklampsi, ini disebabkan oleh pelapasan neurotransmitter (terutama glutamat) yang menyebabkan depolarisasi dari saraf secara masif dan ledakan action potential. Kejang yang berkelanjutan dapat menyebabkan cedera otak yang signifikan. Penglihatan buram dan diplopia dapat terjadi, kebutaan merupakan hal yang jarang, namun dapat terjadi, hal ini disebabkan oleh kelainan pada korteks visual pada lobus occipitalis, lateral geniculate nuclei atau retina. Edema serebri yang luas ditandai oleh perubahan kesadaran, pasien menjadi rentan terhadap peningkatan tekanan darah secara mendadak dan berat yang dapat memperberat edema vasogenik yang sudah terjadi.2
Perfusi uteroplasenta
Kecacatan dalam invasi trofoblastik endovaskular dan plasentasi menyebabkan gangguan pada perfusi uteroplasental, yang hampir selalu menjadi penyebab utama pada peningkatan mortalitas dan morbiditas perinatal. Di akhir plasentasi, pada umumnya tahanan terhadap aliran darah arteri uterina menurun secara signifikan, namun pada plasentasi yang abnormal tahanan tetap tinggi. Hal ini, seperti yang telah diuraikan diatas, menyebabkan sindrom preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.2

Diagnosis

Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul (impending eklampsia). Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.3
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat ≥ 140/90 mmHg pada preeklampsia ringan dan ≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipneu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, sampai tanda-tanda pendarahan otak.3


Penemuan Laboratorium
Penemuan yang paling penting pada pemeriksaan laboratorium penderita preeklampsia yaitu ditemukannya protein pada urine. Pada penderita preeklampsia ringan kadarnya secara kuantitatif  yaitu ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau midstream. Sementara pada preeklampsia berat kadanya mencapai ≥ 500 mg perliter dalam 24 jam atau secara kualitatif ≥ +3.3
Pada pemeriksaan darah, hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia juga biasanya terjadi. Penurunan produksi benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal.3

Penatalaksanaan

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya, mencegah perdarahan intrakranial serta mencegah gangguan fungsi organ vital.1
1.    Preeklampsia Ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan dieresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.1
Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih normal. Pada preeklampsia ibu hamil umumnya masih muda, berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam. Diet yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl (garam dapur) adalah cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan janin justru membutuhkan komsumsi lebih banyak garam. Bila komsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan komsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya dan roboransia prenatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik antihipertensi, dan sedative. Dilakukan pemeriksaan laboratorium HB, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur. 1
Rawat inap
Keadaan dimana ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit ialah a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan bagian mata, jantung dan lain lain.1
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya
Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah mencapai normal, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm. Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu memperpendek kala II.1

2.    Preeklampsia Berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran. 1
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda tanda klinik berupa : nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.1
Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia ringan, dibagi menjadi dua unsur yakni sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisinalis dan sikap terhadap kehamilannya ialah manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah stabil.1
Medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oligouria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena itu monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat  penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa a) 5% ringer dextrose atau cairan garam faal jumlah tetesan:<125cc/jam atau b) infuse dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.1
Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.1
Pemberian obat antikejang
MgSO4
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif dibanding fenitoin, berdasar Cochrane review terhadap enam uji klinik yang melibatkan 897 penderita eklampsia.
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau eklampsia.1
Cara pemberian MgSO4
-       Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit
-       Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam
Syarat-syarat pemberian MgSO4
-       Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
-       Refleks patella (+) kuat
-       Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
Dosis terapeutik dan toksis MgSO4
-       Dosis terapeutik : 4-7 mEq/liter atau 4,8-8,4 mg/dl
-       Hilangnya reflex tendon  10 mEq/liter atau 12 mg/dl
-       Terhentinya pernafasan 15 mEq/liter atau 18 mg/dl
-       Terhentinya jantung >30 mEq/liter atau > 36 mg/dl
Sumber: Creasy and Resnik’s Maternal-Fetal Medicine  edisi 6 (2008)

Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50 % dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas)
Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau fenitoin (difenilhidantoin), thiopental sodium dan sodium amobarbital. Fenitoin sodium mempunyai khasiat stabilisasi membrane neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium sulfat. Pengalaman pemakaian fenitoin di beberapa senter di dunia masih sedikit.
Diuretikum
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida. Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia, memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan hemokonsentrasi, memnimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin.
Antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmhg dan MAP ≥ 126 mmHg.
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi. Obat antihipertensi yang harus dihindari secara mutlak yakni pemberian diazokside, ketanserin dan nimodipin.
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Amerika adalah hidralazin (apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada), suatu vasodilator langsung pada arteriole yang menimbulkan reflex takikardia, peningkatan cardiac output, sehingga memperbaiki perfusi uteroplasenta. Obat antihipertensi lain adalah labetalol injeksi, suatu alfa 1 bocker, non selektif beta bloker. Obat-obat antihipertensi yang tersedia dalam bentuk suntikan di Indonesia  ialah clonidin (catapres). Satu ampul mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau larutan air untuk suntikan.
Antihipertensi lini pertama1
-       Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam
Antihipertensi lini kedua
-       Sodium nitroprussida : 0,25µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25µg iv/kg/5 menit.
-       Diazokside : 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infuse 10 mg/menit/dititrasi.
Kortikosteroid
Pada preeklampsia berat dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik (payah jantung ventrikel kiri akibat peningkatan afterload) atau non kardiogenik (akibat kerusakan sel endotel pembuluh darah paru). Prognosis preeclampsia berat menjadi buruk bila edema paru disertai oligouria.
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.
Sikap terhadap kehamilannya1
Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
1.      Aktif : berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian medikamentosa.
2.      Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian medikamentosa.
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeclampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala atau tanda tanda preeklampsia ringan.
Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini, yaitu:
Ibu
1.    Umur kehamilan ≥ 37 minggu
2.    Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending eklampsia
3.    Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan laboratorik memburuk
4.    Diduga terjadi solusio plasenta
5.    Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin
1.    Adanya tanda-tanda fetal distress
2.    Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction
3.    NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
4.    Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
1.    Adanya tanda-tanda “sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit dengan cepat

Terminasi dapat dilakukan secara per vaginam atau sectio cesarea
Sesuai dengan standar pelayanan medik RS P, cara persalinan sebisa mungkin per vaginam18


Belum inpartu18:
a.       Induksi partus bila skor Bishop > 8. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam, bila tidak, maka dianggap gagal dan harus dilakukan seksio sesarea.
b.      Indikasi seksio sesarea:
-          Tidak ada indikasi untuk persalinan per vaginam
-          Induksi persalinan gagal
-          Terjadi kegawatan ibu
-          Terjadi kegawatan janin
-          Usia gestasi <33 minggu
Inpartu18:
a.       Perjalanan persalinan diikuti Partograf
b.      Perpendek kala II
c.       Seksio sesarea bila terjadi kegawatan ibu atau janin
d.      Primigravida direkomendasikan seksio sesarea
e.       Anestesia: regional anestesia, epidural anestesia, dan tidak dianjurkan general anestesia.

HELLP Syndrome

Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet adalah suatu komplikasi pada preeklampsia – eklampsia berat.  Kehamilan yang dikomplikasikan dengan sindroma HELLP juga sering dikaitkan dengan keadaan – keadaan yang mengancam terjadinya kematian ibu, termasuk DIC, oedema pulmonaris, ARF, dan berbagai komplikasi hemoragik.  Insiden terjadinya sindroma ini sebanyak 9,7 % dari kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia – eklampsia.  Sindroma ini dapat muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post partum (30 %).  Ciri – ciri dari HELLP syndrome adalah:
  • Nyeri ulu hati
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Tekanan darah diastolik  ³ 110 mmHg
  • Menampakkan adanya oedema

HELLP syndrome dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:
1.      Mississippi,  dibagi menjadi 3 kelas:
·         Thrombositopenia
-          Kelas 1:  ≤ 50.000 / μl
-          Kelas 2: > 50.000 ≤ 100.000 / μl
-          Kelas 3: > 100.000 ≤ 150.000 / μl
·         Disfungsi hemolisis - hepatis
-          LDH ³ 600 IU / L
-          SGOT dan / atau SGPT ³ 40 IU / L
-          Ciri – ciri tersebut harus semua terdapat
2.      Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas:
·         Complete
-          Trombosit < 100.000 / μl
-          LDH ³ 600 IU / L
-          SGOT ³ 70 IU / L
·         Parsial
-          Hanya satu dari ciri – ciri di atas yang muncul
Penanganan sindroma HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada preeklampsia – eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat berguna untuk :
  1. Dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan dengan memberikan temporarisasi singkat dari status klinis maternal.
  2. Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya secara konvensional agar dapat dilakukan anestesi regional untuk persalinan vaginal maupun abdominal.
Berdasarkan protap RS P Penatalaksanaan HELLP Syndrome ialah18:
1.      Mengikuti terapi preeklampsia-eklampsia
2.      Pemeriksaan trombosit dan LDH setiap 12 jam (bila memungkinkan)
3.      Bila trombosit <50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumptif, maka harus diperiksa:
·         Waktu protrombine
·         Waktu tomboplastine partial
·         Fibrinogen
4.      Pemberian Dexamethasone Rescue
a.     Antepartum: diberikan double strength dexamethason (double dose) dexamethasone 10 mg IV tiap 12 jam, jika didapatkan
b.    Postpartum: Dexamethason 10 mg IV tiap 12 jam, sebanyak 2 kali,kemudian diikuti 5mg IV tiap 12 jam, sebanyak 2 kali
5.      Dapat dipertimbangkan pemberian transfusi trombosit dan antioksidan

6.      Akhiri kehamilan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS