MAKALAH
PROSES FISIOLOGI
MASA NIFAS
![]() |
Disususun Oleh :
Kelompok 2
Anggi Puji Hastuti
Annisa Pusparini
Astri Susilorini
Ayu Dinda Hadriyani Purwaningsih
Dahlina Rahmawati
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Proses Fisiologi Masa Nifas”.
Makalah ini
telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, September
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak
bayi lahir sampai organ – organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang – kadang disebut puerpurium atau trimester keempat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal, bidan harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi
ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir,
dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak. Bab ini membahas
perubahan fisiologis wanita setelah melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Apa perubahan system endoktrin pada ibu dalam masa nifas?
Apa perubahan tanda-tanda vital pada ibu dalam masa nifas?
Apa perubahan sistem kardiovaskuler pada ibu dalam masa nifas?
Apa perubahan sistem hematologi pada ibu dalam masa nifas?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
sekaligus menambah pengetahuan tentang perubahan fisiologi ibu pada masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Perubahan
Sistem Endokrin
1. Hormon Plasenta
Selama pasca partum, terjadi perubahan hormone yang
dramatis. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormone Human Plasental Enzym
(hpl), esterogen dan kortisol, plasental enzyme insullinase membalikkan efek
diabetogenetik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Ibu diabetic biasanya
membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa
hari. Perubahan hormone normal tersebut menyebabkan masa puerperium menjadi
periode transisi untuk metabolism karbohidrat sehingga mempersulit
interprestasi tes toleransi glukosa pada periode tersebut.
Kadar esterogen dan progesterone menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar. Kadar terendah kedua hormone tersebut
tercapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar esterogen
berhubungan dengan pembengkakan payudara dan dieresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
Kadar esterogen pada ibu tidak menyusui mulai meningkat pada minggu ke-2
setelah melahirkan dan lebih tinggi dibandingkan ibu menyusui pada pascapartum
hari ke-17.
2.
Hormon Hipofisis
dan Fungsi Ovarium
Waktu permulaan ovulasi dan mestruasi pada ibu
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada ibu
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle
stimulating hormone (FSH) terbukti sama antara ibu menyusui dan tidak menyusui,
disimpulkan bahwa ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat.
Kadar prolaktin meningkat secara progesif sepanjang
masa hamil. Kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah
melahirkan pada wanita menyusui. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh
kekerapan menyusui, lama setiap penyusuan, dan banyak makanan tambahan yang
diberikan. Perbedaan individual dalam kekuatan mengisap kemungkinan juga
mempengaruhi kadar prolaktin. Hal itu menegaskan bahwa menyusui bukan bentuk
Keluarga Berencana (KB) yang baik. Setelah melahirkan, ibu tidak menyusui
mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua
minggu.
Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi dini, yakni
dalam 27 hari setelah melahirkan dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari,
sedangkan pada ibu menyusui, ovulasi terjadi sekitar 190 hari. Sebanyak 15 ibu
menyusui mengalami menstruasi dalam enam minggu dan 45% dalam 12 minggu,
sedangkan diantara ibu yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam enam
minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90%
dalam 24 minggu. Sebagian besar (80%) ibu menyusui mengalami siklus menstruasi
pertama yang tidak mengandung ovum (anovulatory), sedangkan 50% ibu yang tidak
menyusuimengalami siklus menstruasi pertama yang tidak mengandung ovum. Cairan
menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dibandingkan
normal. Jumlah cairan menstruasi ibu kembali sebelum hamil dalam tiga sampai
empat siklus.
2.2.
Perubahan Tanda Tanda Vital
Beberapa perubahan
tanda-tanda vital dapat terlihat, jika ibu dalam keadaan normal. Peningkatan
kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat
timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari ibu melahirkan. Fungsi
pernafasan kembali ke fungsi saat ibu tidak hamil pada bulan ke-6 setelah ibu
melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali
normal, dan impuls titik maksimum, dan EKG kembali normal.
2.3.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
1. Volume
Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa
factor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, namun terbatas.
Setelah itu, terjadi perpindahan cairan tubuh yang menyebabkan volume darah
menurun dengan lambat. Volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum
hamil pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir.
Hipervolemia yang diakibatkan oleh kehamilan (peningkatan
yang sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan
kebanyakan ibu dapat menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu
kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam
atau sekitar dua kali lipat jumlah itu pada saat operasi sesar.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah
melahirkan berlangsung dramatis dan terlalu cepat. Respons wanita dalam
menghadapi kehilangan darah selama postpartum dini berbeda dengan respons ibu
tidak hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi ibu adalah:
·
Sirkulasi uteroplasenta yang hilang
mengurangi ukuran pembuluh darah maternal
10% sampai 15%
·
Endokrin plasenta yang tidak berfungsi
menghilangkan stimulus vasodilatasi
·
Terjadi mobilisasi air ekstravaskular
yang disimpan selama hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak
terjadi pada kehilangan darah normal.
2. Curah
Jantung
Denyut jantung, volume
sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang kehamilan. Segera setelah ibu
melahirkan, keadaan tersebut dapat meningkat bahkan lebih tinggi selama 30
sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta
tiba-tiba kembali ke sirkuit umum. Nilai tersebut meningkat pada semua jenis
kelahiran atau semua pemakaian konduksi anestesi. Data mengenai hemodinamika
jantung yang secara pasti kembali normal tidak tersedia, namun nilai curah
jantung normal ditemukan, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah
ibu melahirkan.
3. Varises
Varises ditungkai dan
disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises
vulva yang jarang dijumpai, dapat mengecil dengan cepat setelah bayi lahir.
Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau
mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
2.4.
Perubahan Sistem Hematologi
Volume
plasma lebih banyak hilang dibandingkan sel darah merahpada 72 jam pertama
selama masa persalinan. Apabila tidak ada komplikasi, keadaan hematokrit dan
hemoglobin dapat kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 4-5 minggu
pascapartum. Jumlah sel darah putih (leukositosis) pada ibu pascapartum selama
10-12 hari umumnya bernilai antara 20.000-25.000/mm3 merupakan hal-hal yang
umum.
Komponen Darah
1.
Hematokrit dan Hemoglobin
Selama
72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar
dibandingkan sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel
darah merah (SDM) berhubungan dengan peningkatan hematrokit pada hari ke-3
sampai hari ke-7 pascapartum. Tidak ada SDM yang rusak selama pascapartum,
tetapi semua kelebihan SDM dapat menurun secara bertahap sesuai usia SDM
tersebut. Waktu yang pasti kembalinya volume SDM ke nilai sebelum hamil tidak
diketahui, namun volume itu berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu
setelah melahirkan.
2. Hitung
Sel Darah Putih
Leukositosis normal
pada kehamilan rata-rata sekitar 12,000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari pertama
setelah bayi lahir nilai keukosit antara 20.000 dan 25,000/mm3 merupakan hal
yang umum. Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan
leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat
membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu tersebut.
3. Faktor
Koagulasi
Factor-faktor pembengkuan dan
fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal
puerpurium. Keadaan hiperkoagulasi, yang dapat diiringi dengan kerusakan
pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme, terutama setelah ibu melahirkan secara sesar. Aktivitas
fibrinolitik meningkat juga selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir.
Factor I, II, VIII, IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk mencapai kadar
sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin yang kemungkinan dilepaskan dari bekas
tempat plasenta dapat juga ditemukan dalam darah maternal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang
ibu hamil akan mengalami banyak perubahan – perubahan fisiologis pada saat
setelah melahirkan ( masa nifas ).Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan pada sistem endoktrin, tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskular, dan sistem hematologi.
3.2 Saran
Untuk
mengahadapi perubahan pada sistem reproduksi ini, bidan memerlukan manajemen
yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan baik. Selain itu penting
adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang terjadi
pada sistem reproduksi saat masa nifas, agar ibu mampu membedakan antara
perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.
0 comments:
Post a Comment