KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Cairan Elektrolit”.
Makalah ini
telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Kebidanan
sekaligus menambah pengetahuan tentang cairan elektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan Dan
Elektrolit
Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan intravaskuler.
2.2 Cairan Intraseluler
Cairan
intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler.
2.3 Cairam Intravaskuler
Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.4 Volume Cairan Tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh
(total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.Usia juga
berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.
Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari
BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk
wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 %
dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita
46 % dari BB.
2.5 Sumber Air Tubuh
Sumber
|
Jumlah
|
Air
minum
|
1.500
– 2.000 ml/hari
|
Air
dalam makana
|
700
ml/hari
|
Air
dari hasil metabolisme tubuh
|
200
ml/hari
|
Jumlah
|
2.400
– 2.900 ml/hari
|
Air
memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda
cair.Fungsi vilta air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat
bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya.
Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air tubuh
yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.
2.6 Fungsi Cairan
1. Mempertahankan
panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2.
Transport nutrien ke sel
3. Transport
hasil sisa metabolisme
4.
Transport hormon
5. Pelumas
antar organ
6. Mempertahankan
tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler
2.7 Faktor
yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan
cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan.Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang
dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi
akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas
hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan
melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss)
juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu
yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan
yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan
kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
4. Diet
Diet
seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan maknan tidak seimbang, tubuh
berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi
stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot.Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma
pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek,
atau luka bakar). Pasien yang menderita
diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga
dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun,
tubuh akanmelakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia).Lebih lajut, kondisi inidapat
menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta
kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan
cairan banyak, ginjal
akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine
akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal
untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200
ml/ 24 jam).
7. Tindakan
Medis
Beberapa
tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan
beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist
cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan
natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang
menjalani pembedahan beresiko tinggi
mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
2.8 Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme
pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1.
Difusi
merupakan
proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2.
Osmosis
merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari
larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang
sifatnya menarik.
3. Transpor
aktif
Proses
transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan
intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih
tinggi pada cairan intraseluler dan
kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah
pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan
interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan
substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.
2.9 Pengaturan cairan
Sejumlah
mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi
elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh
total.Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan
yang melibatkan sejumlah besar sistem organ.Sistem organ yang banyak berperan
adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar
elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat
ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah
hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1.
Rasa dahaga
Mekanisme
rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal
merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin
II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di
hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan
saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2. Anti
Diuretik Hormon (ADH)
ADH di
bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior.Stimuli
utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan
ekstrasel.Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan
demikian dapat menghemat air.
3.
Aldosteron
Hormon ini
disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium.Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat
efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
Cara
pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui
organ-organ seperti :
1.
Ginjal
Merupakan
pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring
setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2.
Kulit
Hilangnya
cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat.Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas
otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible
Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3.
Paru-paru
Menghasilkan
IWL sekitar 400 ml/hari.Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4.
Gastrointestinal
Dalam
kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar
100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
1. Ketidakseimbangan
cairan
Ketidakseimbangan
cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang
seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar
terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas
serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori
ketidak seimbangan cairan, yaitu
:
a.
Kehilangan cairan dan elektrolit
isotonik
b.
Kehilangan cairan (hanya air yang
berkurang)
c.
Penigkatan cairan dan elektrolit
isotonis, dan
d.
Penigkatan osmolal (hanya air yang
meningkat)
2. Defisit
Volume Cairan
Defisit
volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang
proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti
dengan perpindahan cairan interseluler
menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler
menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu,
kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3.
Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah,
diare,dan pengisapan lambung)
tanda
klinis : kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan
(anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi) tanda klinis :
penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
Dehidrasi
disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan
kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpindah dari sel dan
kompartemen interstitial menuju
ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus
atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko
tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan
air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat
penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga
meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.
5. Kelebihan
Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan
volume cairan terjadi apabila
tubuh menyimpan cairan
dan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan
oleh penungkatan jumlah
natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara
lain :
a.
Asupan natrium yang berlebihan
b.
Pemberian infus berisi natrium
terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme
regulasi cairan.
c.
Penyakit yang mengubah mekanisme
regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal,
sirosis hati, sindrom Cushing
d.
Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan
cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2. Asupan
cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus
kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan
tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan.
Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi
ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan
interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat
(mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari
kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler
meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang
menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan
interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi
atau cekungan setelah dilakukan
penekanan pada area yang bengkak.
Cekungan unu terjadiakibat
pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi
lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh
gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya
menimbulkan edema non pitting.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
0 comments:
Post a Comment